Menyakralisasikan Mimpi

Eka Nada Shofa Alkhajar

Dimuat di Joglosemar, 11 Juni 2012, hal. 20.

Sumber Gambar: http://jeffriminggar.blogspot.com/2012/06/mimpi.html

Mimpi. Mungkin hanya sebuah kata yang menjadi bagian dari sistem konversasi manusia melalui bahasa. Namun, kata tersebut apabila diyakini, diimani serta diejawantahkan akan berubah menjadi sebentuk kekuatan maha dahsyat. Mimpi tidak hanya dapat mengubah hidup seorang manusia melainkan pula mampu mengubah perjalanan sejarah peradaban. Mimpi ibarat bahan bakar yang senantiasa memompa energi untuk bergerak dan terus melangkah.

Menyakralisasikan mimpi adalah sebuah upaya yang dapat merawat serta mengabadikan mimpi itu, agar senantiasa terpatri dan tertanam dalam diri. Sakralisasi mimpi membuat jiwa tetap memiliki keberanian untuk bermimpi. Mimpi dapat menjadi sebongkah motivasi tambahan untuk dapat berpikir lebih kreatif, menumbuhkan opitimisme, mengeluarkan potensi dan hal-hal yang dapat dikatakan terbilang luar biasa oleh karena mimpi tersebut.

Nidji, sebuah grup band Indonesia pun turut mempopulerkan terma ini dalam syair lagunya. “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia…”. Mimpi seakan menjadi ruang hidup yang mampu memompakan semangat tanpa henti. Ia adalah energi yang abadi. Mensakralisasikan mimpi dengan jalan merawat, memuja serta meneguhkannya melalui titik-titik ikhtiar dan tanpa kenal lelah mengejawahtahkannya adalah sesuatu yang mulia. Semulia manusia dalam ikhtiarnya menuju Sang Maha Sempurna.

Pernah suatu ketika penulis berkunjung ke rumah Ahmad Tohari, seorang penulis yang terkenal dengan novelnya yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk di Desa Tinggarjaya, Purwokerto, delapan tahun lalu. Masih tertanam kuat dan terngiang pesan yang dilontarkan novelis tersebut. “Orang hidup itu harus punya mimpi,” ujarnya.

Menurutnya, orang harus punya mimpi yang membuatnya mampu bertahan hidup dan membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Ia mencontohkan bahwa terciptanya pesawat ulang-alik sehingga manusia bisa berkunjung ke bulan adalah hasil dari mimpi. Hal tersebut adalah mimpi dari seorang sastrawan asal Perancis, Jules Verne yang memimpikan perjalanan ke bulan dalam novelnya. Atau mimpi bertualang di bawah laut lewat karyanya pula berjudul “Vingt Mille Lieues Sous Les Mers” (20.000 Mil Di Bawah Laut) yang mengilhami lahirnya kapal selam.

Thomas Alfa Edison bahkan memimpikan adanya lampu pijar. Kekuatan itu memacunya untuk melakukan percobaan gagal berulang-ulang yang tidak semua orang akan mampu melakukannya. Setelah itu barulah ia berhasil menemukan lampu pijar yang manfaatnya dapat dirasakan oleh manusia di segenap pelosok bumi ini. Saat ditanya kenapa Anda mau dan mampu melakukan hal gila ini, mencoba dan terus mencoba serta melewati demikian banyak kegagalan, ia hanya menjawab singkat bahwa setidaknya ia telah menemukan banyak kemungkinan cara yang salah untuk membuat lampu pijar.

Banyak orang luar yang telah terbukti memiliki mimpi yang kuat dan menginspirasi berjuta banyak orang. Lalu bagaimana dengan kita, saya, Anda, bangsa Indonesia? Menjadi pertanyaan retoris namun perlu dibuktikan. Memang kekuatan mimpi hanya dapat bermakna apabila hal tersebut telah terpatri dalam benak sembari mengatakan bahwa kita pasti bisa!. Dan coba untuk mewujudkan mimpi tersebut dalam dunia nyata tidak hanya dalam dunia imajinasi atau angan semata. Namun, sepertinya masih sedikit orang yang berani untuk bermimpi. Bagaimana dengan Anda?

Sumber Gambar: http://frenda.wordpress.com/2011/11/15/9-summer-10-autumn-on-jakarta-to-kediri/

Belum lama ini kekuatan mimpi menemui pembuktiannya. Adalah Iwan Setyawan, anak seorang sopir angkot di sebuah Kota Batu, Malang, Jawa Timur, dengan segenap keterbatasan ekonomi mampu melanglang buana dan menaklukkan dunia di mana ia mampu menduduki sebuah jabatan prestisius menjadi seorang direktur internal sebuah lembaga riset terkemuka di dunia, yang berlokasi di New York, Amerika Serikat.

Iwan dengan apik meramu dan menuturkan kisah inspiratif dan kekuatan mimpinya tersebut melalui sebuah novelnya, 9 Summers 10 Autumns, yang kini menjadi salah satu novel bestseller di tanah air. Pijakan novel itu adalah konstruksi dari realitas masa lalu yang dijalaninya. Bahkan kabarnya novel itu pun akan segera diadaptasi untuk diangkat ke layar lebar. Melalui novel ini Iwan berpesan bahwa “Impian haruslah menyala dengan apa pun yang kita miliki, meskipun yang kita miliki tidak sempurna, meskipun itu retak-retak.”

Mungkin benar apa yang dikatakan Doug Hoopper, seorang penulis buku motivator terkenal “You Are What You Think”. Baginya mimpi yang ada dalam pikiran kita akan terkonstruksi dan mengambil bentuk fisik dalam kehidupan nyata. Ketika kita takut untuk maju selamanya kita tidak akan pernah maju atau saat kita berkata dalam diri kita bahwa kita tidak akan bisa maka selamanya pun kita tidak akan bisa. Kita adalah adalah apa yang kita pikirkan. Lalu, siapa lagi yang takut bermimpi?!. Tabik.