Diskusi “Sejarah Perfilman Indonesia”
Hari Jum’at (27/04), sebagaimana hari Jum’at di hari-hari lain kerap dipandang sebagai hari pendek bagi sebagian orang. Namun bagi saya, tepatnya Jum’at ini menjadi hari yang panjang.
Betapa tidak, pagi berkutat dengan buku-buku dan berjuang menyelesaikan paper untuk sebuah konferensi nasional, kemudian sore hari saya mendapatkan undangan untuk mengikuti acara Recharging Artist Programme (RaP) dan malam harinya saya berdiskusi berkenaan dengan sejarah perfilman Indonesia.
Khusus pada bagian ini saya ingin berbagi berkaitan dengan acara diskusi yang menjadi bagian dari Pesta Film Solo#3 bertajuk Revolusee: Bukan Sinema Layar Kaca.
Ingatan saya lontar ke beberapa minggu yang lalu dimana beberapa mahasiswa memberitahukan saya perihal kesediaan menjadi salah satu pembicara dalam diskusi sejarah perfilman Indonesia. Setelah disharekan mengenai waktu pelaksanaan saya pun segera menyanggupi.
Saya tentu senang dapat berbicara dalam sebuah forum bersama seorang kritikus film ternama, Eric Sasono. Disamping dapat bertukar informasi tentunya sekaligus sebagai ajang menimba ilmu. Sebagai catatan, Eric Sasono merupakan scripwriter film Brownies dan pemenang dua Piala Citra dalam kategori kritik film.
Selesai acara ada sebuah kesenangan yang merasuk. Tentunya karena berbicara mengenai terma yang menjadi kesenangan saya yakni film. Sembari berharap proposal studi doktoral saya segera selesai dan dapat diterima untuk kembali mendalami ruang dan dunia yang memikat saya sejak kecil.
Motor butut saya masih melaju membelah malam dan tak terasa hari mulai berganti.
Informasi lain yang berkaitan dengan acara ini:
Revolusee Bukan Sinema Layar Kaca