Dekatkan Mahasiswa dengan Realitas

Ketika saya mengikuti sebuah seminar nasional di Sahid Jaya Hotel Solo, saya bertemu seorang wartawati, Solopos, Dina Ananti Sawitri S. Beberapa waktu kemudian saya diwawancarari perihal keseharian saya khususnya sebagai seorang dosen. Katanya untuk materi rubrik “Figur” dan benar, Solopos, edisi, 14 Desember 2011 memuat hasil wawancara tersebut sebagaimana tertera dalam foto di samping ini. Berikut uraiannya.

Apa jadinya bila mahasiswa hanya dikenalkan dengan teori dan jarang diajak berdekatan dengan realitas di lapangan? Mereka akan gagap saat harus melakukan pendampingan masyarakat. Begitulah ungkapan dosen muda Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Eka Nada Shofa Alkhajar atau yang akrab disapa Eka ini.

Mahasiswa diajak aktif dalam kegiatan pendampingan agar dapat mengenal lingkungan sekitarnya. Pria kelahiran Banjarnegara, 15 Maret 1985 ini mengungkapkan untuk satu mata kuliah ia biasa menggabungkan kegiatan lapangan, seminar dan penulisan jurnal. Dari ketiga kegiatan itu mahasiswa dapat memperoleh banyak hal tentang penerapan teori itu sendiri.

Saat mereka di lapangan dan berhadapan langsung dengan realitas masyarakat, mereka dengan sendirinya dapat memikirkan solusi-solusi dan pemecahan suatu masalah. “Dari kegiatan ini mereka tidak hanya terlatih dalam adu teori tetapi juga kuat di lapangan,” jelas dia saat dijumpai Espos, di Sahid Jaya Hotel Solo, Selasa (13/12).

Resmi diangkat menjadi dosen per 1 Desember 2010, suami Agusniar Rizka Luthfia ini mengaku ingin menempatkan peran dosen dan materi pembelajaran pada tempat seharusnya, yakni mengacu pada perkembangan masyarakat itu sendiri. Menurutnya, dosen adalah fasilitator, yang juga bisa menjadi pendamping mahasiswa saat mendapatkan materi pelajaran dari luar kampus. Dia mengungkapkan dari kegiatan pembelajaran yang tidak terkotak pada buku, mahasiswa akan menjadi lebih kaya ilmu.

“Untuk pengembangan bidang pedagogis, mereka bisa mempelajari dari buku sementara untuk mengetahui seperti apa realitasnya mereka harus terjun langsung di lapangan,” ungkap dia.

Berpengalaman menjabat sebagai Ketua Umum dalam organisasi kampus maupun tingkat kota, mulai dari Himpunan Mahasiswa Komunikasi, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dia merasa ingin mengenalkan banyak hal kepada mahasiswa agar tak berkutat di dalam kampus. “Kebiasaan menulis juga membantu mereka bisa banyak menciptakan karya saat berkecimpung dalam organisasi,” jelasnya (Dina Ananti Sawitri Setyani/Solopos).

Sumber gambar: Solopos, 14 Desember 2011, hal. 6.