Mendesakralisasikan Sosok Pahlawan Nasional
Judul buku : Pahlawan2 Yang Digugat
Penulis : Eka Nada Shofa Alkhajar
Penerbit : Katta Solo
Edisi : I, Juli 2008
Tebal : 128 Halaman
Sosok pahlawan masih terus debatable. Figur yang meskipun telah ditulis dengan tinta emas pun masih diperdebatkan. Sehingga tak mustahil bila ada sejumlah sosok pahlawan nasional masih dipertanyakan, apakah mereka itu benar-benar pahlawan?
Memang, seperti diungkapkan presiden pertama, Soekarno, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Demikian juga penulis buku ini, Eka Nada Shofa Alkhajar tak menampik hal tersebut. Namun, dia juga berpendapat bahwa pahlawan adalah manusia yang tidak sempurna, sehingga tentu tidak lepas dari kekurangan.
Oleh karena itu dengan buku ini penulis mengajak pembaca berkontemplasi untuk mendesakralisasikan sosok pahlawan nasional dengan mendudukan mereka sebagai manusia biasa yang memiliki banyak keunggulan namun tidak sedikit pula kelemahannya. Ini dimaksudkan agar pembaca tidak akan terjebak pada kultus individu.
Misalnya, Pangeran Diponegoro yang telah mengobarkan Perang Jawa mengusir penjajah Belanda, masih dipertanyakan apakah perjuangannya itu murni? Bukankah dia berperang untuk membela harga diri dan kehormatan keluarganya? Demikian juga Kartini, dengan bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang yang telah menjadi bukti perjuangannya mengangkat harkat martabat kaumnya. Namun, keotentikan dan orisinalitas pemikiran Kartini dalam kumpulan surat-suratnya itu masih ada yang meragukan.
Beberapa sosok pahlawan lain seperti Sultan Agung, Anak Agung Gde Agung, Sultan Hasanudin, Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Tambusai, masing-masing juga masih dipersoalkan dan ditulis dalam bab-bab tersendiri. Pardoyo/Litbang SOLOPOS.
Sumber: Harian Solopos, 26 Oktober 2008.