Mengupas Sejarah Pejuang Bangsa

Judul Buku      : Pahlawan2 Yang Digugat

Penulis           : Eka Nada Shofa Alkhajar

Penerbit         : KATTA, Solo

Tebal              : 128 Halaman

Tahun Terbit   : 2008

 

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya (Soekarno, Presiden RI Pertama)

Ungkapan di atas sebagaimana dilontarkan Soekarno setidaknya memberikan isyarat bahwa warga negara Indonesia sangat pantas dan harus berterima kasih atas perjuangan para pahlawan yang berusaha melepaskan diri dari cengkeraman penjajah.

Salah satu caranya adalah bagaimana kita bisa belajar tentang totalitas perjuangan mereka.

Tentunya cara pandang akan pahlawan tidak hanya diukur dari kehidupan pribadi. Hendaknya kita harus meneladani semangat juang mereka. Sebab bagaimanapun, pahlawan juga manusia, yang tak luput dari kekurangan.

Nah, dari sini, kita bisa mengambil hikmah serta pembelajaran, di mana jika kita renungkan lebih panjang. Banyak sekali nilai positif yang ada dalam tiap usaha mereka. Artinya jangan ambil kejelekan sifatnya, tapi berusahalah meniru kebaikannya. Jangan kritik kekurangannya, tapi belajarlah melakukan instropeksi ke dalam hati nurani, sudahkah kita meniru konsep pejuang bangsa yang rela mati demi sebuah cita mulia.

Lewat buku ini, kita diharapkan bukan hanya mengerti tetapi juga sadar, setiap benih usaha selalu dimulai dari niat di dalam hati, di mana dengan langkah itu maka orang sadar akan kelemahannya sebagai manusia.

Konsekuensinya jelas, hal itu akan membuat manusia lebih arif dalam melihat hidup, bukan hantam kromo. Mengingat, sebuah nilai bukan didasarkan pada kesempurnaan pun demikian dengan kesucian, melainkan berasal dari pengorbanan yang telah diberikan.

Makanya sebutan pejuang ataupun pahlawan sangatlah relative, tergantung dari sisi mana kita memandangnya. Melalui karya ilmiah inilah, penulis mencoba mengetengahkan ide pentingnya kontemplasi dalam mendesakralisasikan mereka sebagai manusia biasa, yang bukan hanya memiliki kelebihan tapi juga banyak kekurangan.

Lewat cara pandang seperti itu maka kita tak akan terjebak dalam kultus individu.

Sosok Ideal

Hal ini sangat penting, sebab kita dapat lebih dekat dengan mereka sekaligus memahami makna perjuangan pejuang. Terutama dalam mengungkap kontroversi sebuah kebenaran pejuang, bukan semata figure atau nama besar pahlawan.

Sejumlah cerita pahlawan seperti R.A. Kartini, Sultan Agung, Diponegoro hingga Tuanku Tambusai coba diulas mendalam, bukan hanya langkah perjuangan tapi juga mengungkap berbagai polemik yang mempertanyakan terlalu besarnya pengakuan sehingga fakta riil yang didasarkan riwayat sesungguhnya kurang terekspos.

Kepantasan, begitulah kiranya penulis mencoba mencari sosok ideal yang layak disebut pahlawan. Bukan hanya symbol nama di Taman Makam Pahlawan (TMP) ataupun penghargaan pemerintah yang konon untuk mendapatkan gelar kepahlawanan tidaklah mudah.

Setelah membaca buku karangan penulis muda asal Banjarnegara, wawasan kita bakal tercerahkan. Mengingat kita akan diajak mengupas sejarah masa lalu sebagai bahan kajian dalam membangkitkan jiwa nasionalis yang bermoral, bukan fanatisme dangkal. (Mh Wahyanudin/Joglosemar).

Sumber: Harian Joglosermar, 19 Desember 2008, hal. 20.