Komunitas Bukit Berbatu Sharing & Diskusi Tingkatkan Kemampuan Menulis

Liputan mengenai Komunitas Bukit Berbatu dimuat Joglosemar, 14 September 2011

Beberapa Pungawa Komunitas Bukit Berbatu

Kemampuan seseorang dalam menulis, tentu tidak spontan bisa dilakukan. Namun, butuh proses pembelajaran yang panjang dan bertahap. Untuk itulah, bagi seseorang yang ingin mahir tulis menulis, harus rela menghibahkan dirinya untuk terus belajar dan menggali referensi.

Hal ini sebagaimana yang dilakukan kumpulan anak muda yang tergabung dalam Komunitas Bukit Berbatu. Komunitas ini merupakan wadah belajar dan mengembangkan kemampuan dalam bidang tulis. “Kita yang ada di komunitas ini, semuanya suka bidang tulis. Meskipun awalnya hanya sekadar kumpul, namun akhirnya kita sepakat bentuk wadah, agar dapat terkoordinir dengan baik dan dapat terus dikembangkan,” kata Ketua Komunitas Bukit Berbatu, Eka Nada Shofa Alkhajar, kepada Joglosemar, belum lama ini.

Sepintas nama komunitas ini lebih cocok menggambarkan kegiatan petualangan daripada tulis menulis. Mengenai nama ini, Eka menceritakan alasan utama mengambil nama Bukit Berbatu karena bermaksud menceritakan perjalanan seseorang yang ingin menjadi besar. “Banyak rintangan yang harus dilalui seperti halnya bukit berbatu,” terang dia.

Anggota komunitas ini, terdiri atas belasan orang yang selama ini mempunyai minat besar menggeluti bidang tulis. Antusias ini terwujud dalam semangat mengadakan kegiatan demi pengembangan keahlian dalam menulis. “Kita adakan kegiatan rutin setiap malam Rabu, dengan kegiatan sharing dan diskusi terkait dengan permasalahan yang ada, kemudian bisa menjadi salah satu referensi untuk menulis. Dengan diskusi bisa menjadi media untuk meningkatkan pola pikir, dan akan sangat berpengaruh dalam kemampuan mengembangkan bahasa dan juga referensi,” papar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) tersebut.

Dijelaskan Eka, karya tulis yang dibuat para anggotanya sangat beragam. Kendati demikian, secara umum terbagi menjadi fiksi dan nonfiksi. “Kita bebas mau nulis apapun, dan tentu tidak ada pembatasan. Silahkan kalau mau berekspresi apapun, dan kita siap mewadahi dan komunitas ini bisa diberdayakan untuk saling belajar,” katanya.

Hasil karya mereka, sudah banyak yang dipublikasi di berbagai media lokal maupun nasional. Media publikasi bisa menjadi motivasi tersendiri bagi para anggota. Bagi anggota, kata Eka, suatu kebanggaan jika karyanya bisa dipublikasikan. “Sehingga dari temen-temen banyak yang mengirimkan ke media,” katanya lagi (Anisaul Karimah/Joglosemar).

Atau lihat pula di Joglosemar