Waroeng Podjok, Akrab Dengan Mahasiswa

Eka Nada Shofa Alkhajar

Siang itu, suasana panas menjadi tidak begitu terasa. Terlihat antrean mahasiswa menunggu giliran mengambil makanan yang diinginkan di sebuah tempat berada di jalan Pucang Sawit, Solo. Makanan berikut lauk-pauk di warung itu disuguhkan secara tertata rapi. Semilir angin terasa dari kipas-kipas di dinding warung. Masuk ke dalam warung para pengunjung disambut dengan ramah dan dipersilahkan untuk mengambil makanan yang dikehendaki.

Begitulah suasana yang terekam dalam warung makan di jalan Pucang Sawit. Berada tepat di perempatan jalan. Entah kenapa Mahasiswa maupun masyarakat sekitar menamakannya Waroeng Podjok. Setelah seharian beraktivitas akademis di kampus. Rasa lapar dan dahaga pun datang menghampiri. Warung ini pun menjadi tempat akrab bagi mahasiswa melepas lapar dan dahaga.

Warung ini buka sekitar pukul 09.00 pagi sampai pukul 19.00 malam. Waroeng Podjok menjadi tempat yang menyenangkan karena di samping luas juga karena ruangannya sejuk dengan kipas angin. Namun, yang membuat akrab dengan mahasiswa tidak hanya karena ruangan dan makanannya yang tertata rapi. Harga adalah sebuah alasan utama mengapa tempat ini disukai mahasiswa.

Dedi, salah seorang mahasiswa yang sering jajan di tempat ini mengakui makan di Waroeng Podjok ini dapat menghemat biaya makannya karena harganya ditawarkan cocok dengan kocek mahasiswa. “Makan di sini jauh lebih murah dibanding dengan warung makan lain jadi ya…bisa ngiritlah,” ujarnya ketika ditanya alasannya mengapa sering makan di Waroeng Podjok.

Selama menjadi mahasiswa diperlukan kemampuan untuk mengatur financial begitu pula termasuk biaya makan. Ketika ditanya Ibu Tuti pemilik Waroeng Podjok apakah dengan harga yang relatif murah tidak akan menyebabkan kerugian bagi usahanya sendiri. Tuti mengatakan tidak, karena selain sering belanja bahan makanan dalam jumlah besar juga ingin senantiasa menyesuaikan dengan keuangan mahasiswa.

“Yah…kalau di sini coba menyesuaikan dengan keuangan mahasiswa, biasanya mahasiswa kan mesti ngirit, lagian semuanya saya tutupi dengan belanja bahan makanan dalam jumlah besar agar lebih murah,” jelasnya. “Makan cuma dengan Rp. 3000,- sudah pakai ayam dan sayur,” tambah Tuti sambil menawarkan segelas es teh kepada saya.

Memang kalau begitu jelas mahasiswa akrab sekali apalagi menyangkut harga itu sensitif bagi mahasiswa. Dari sekian banyak tempat makan mahasiswa agaknya Waroeng Podjok dapat menjadi alternatif pilihan. Ayo siapa mau coba.